Dahulu istilah
“ketidakmampuan” (disability) dan
“cacat” (handicap) dapat dipakai
bersama-sama, namun sekarang istilah tersbut dibedakan. Disability adalah
keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi
yang ada pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Para pendidik kini lebih
sering menggunakan istilah “children with
disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disabled children” (anak cacat). Tujuannya
adalah memberi penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya.
Gangguan Indra
Gangguan indra
mencakup pada gangguan penglihatan dan pendengaran
Gangguan Penglihatan. Murid yang masuk kategori ini adalah murid yang
menderita low vision dan murid buta.
Anak-anak yang menderita low vision memiliki
jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen yang skala normalnya
adalah 20/20) apabila dibantu lensa korektif.. Anak yang menderita educationally blind tidak bisa menggunakan
penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan
sentuhan. Banyak anak buta ini memiliki kecerdasan normal dan berprestasi
secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Salah
satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan
penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran)
pembelajaran yang baik (Bowe, 2000). Anak yang lemah penglihatannya akan lebih
baik duduk di bangku depan di kelas.
Gangguan
Pendengaran. Anak yang tuli secara lahir atau
menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara
dan bahasanya. Banyak anak yang menderita masalah pendengaran mendapatkan
banyak pengajaran tambahan diluar kelas reguler. Pendekatan pendidikan untuk
membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori:
pendekatan oral dan pendekatan manual.
Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual
untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual dengan bahasa
isyarat dan mengaja jari (finger
spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan
kata.
Gannguan Fisik
Gangguan fisik antara lain adalah gangguan
ortopedik, seperti gangguan karena cacat di otak (celebral palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure).
Gangguan
Ortopedik. Biasanya berupa keterbatasan gerak atau
kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah pada otot, tulang atau sendi.
Tingkat keparahan gangguan ini bervariasi.
Cerebral Palsy adalah
gannguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
Penyebab umum cerebral palsy adalah kekurangan oksigen saat kelahiran.
Komputer bisa membantu
proses belajar anak yang terkena gangguan ini. Jika mereka bisa melakukan
koordinasi untuk menggunakan keyboard, maka
mereka bisa mengerjakan tugas menulis di computer. Pena dengan cahaya bisa
digunakan sebagai pointer. Banyak anak cerebral palsy bicaranya tidak jelas,
untuk anak seperti ini bisa menggunakan synthesizer
suara dan ucapan, papan komunikasi, serta peralatan talking notes dan page
turners yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi mereka.
Gangguan
Kejang-kejang. Jenis yang paling dijumpai adalah epilepsi,
gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap
sensomotor atau kejang-kejang.
Retardasi Mental
Retardasi mental adalah
kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ nya dibawah 70) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri anak retardasi mental adalah
lemahnya fungsi intelektual (Zigler, 2002). Nilai tes kecerdasan dipakai untuk
menunjukkan seberapa parahkah retardasi seseorang. Seorang anak mungkin
mengalami retardasi ringan dan dapat belajar dikelas umum. Selain
intelegensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan
diri dengan dan susah berkembang. Keterampilan adaptif antara lain adalah
keahlian memerhatikan dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab
social seperti berpakaian, buang air, makan, kontrol diri, dan berinteraksi
dengan teman sebaya. Keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan
atau penyakit dan cedera otak.
Klasifikasi
dan Tipe Retardasi Mental
Klasifikasi
retardasi mental berdasarkan IQ
Tipe Retardasi Mental
|
Rentang IQ
|
Presentase
|
Ringan
Moderat
Berat
Parah
|
55-70
40-54
25-39
<25
|
89
6
4
1
|
Klasifikasi
retardasi mental berdasaran level dukungan
·
Intermittent,
dukungan
diberikan “saat dibutuhkan”. Individu mungkin membutuhkan dukungan episodic
atau dukungan jangka pendek selama transisi dalam kehidupannya.
·
Limited,
dukungan
diberikan cukup intens dan relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dukungan itu
dibatasi waktu (time-limited) tetapi
tidak diselingi dengan jeda
·
Extensive,
dukungan
diberikan secara regular (misalnya setiap hari) setidaknya dalam beberapa
setting dan tidak dibatasi waktu
·
Pervasive,
dukungan
diberikan terus-menerus, sangat intens, dan diberikan hampir semua situasi.
Bentuk dukungannya bisa jadi merupakan dukungan seumur hidup.
Penyebab. Retardasi mental disebabkan oleh faktor genetik dan kerusakan otak
(Dykens, Hodapp, & Finucane, 2000).
Faktor genetik. Bentuk
yang paling umum dari retardasi mental adalah Down Syndrome, bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara
genetik sebagai secara genetik sebagai akibat adanya kromosom ekstra (kromosom
ke-47). Fragile X Syndrome, bentuk
retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik sebagai akibat dari
kromosom X yang tidak normal. Fetal
alcohol syndrome (FAS) , serangkaian ketidaknormalan, termasuk retardasi
mental dan ketidaknormalan wajah, yang menimpa anak dan ibu yang suka minum
minuman beralkohol selama masa kehamilan.
Gangguan
Bicara dan Bahasa
Gangguan ini meliputi masalah dalam berbicara (seperti gangguan
artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan bicara), dan problem bahasa
(seperti kesulitan menerima informasi
dan mengekspresikan bahasa).
Gangguan Artikulasi. Gangguan artikulasi adalah problem dalam pengucapan
suara secara benar.
Gangguan Kefasihan. Gangguan Kefasihan atau kelancaran bicara biasanya
dinamakan “gagap”. Kondisi ini terjadi ketika anak berbicara terbata-bata, jeda
panjang, atau berulang-ulang.
Gangguan Bahasa. Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam
bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa mencakup tiga
kesulitan :
·
Kesulitan
menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan
·
Kesulitan
memahami dan mengikuti perintah lisan
·
Kesulitan
mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan
kompleks.
Bahasa
reseptif adalah penerimaan dan pemahaman atas bahasa, sedangkan bahasa
ekspresif berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan
mengekspresikan pikirannya.
Ketidakmampuan
Belajar
Anak yang mengalami gangguan belajar : (1) punya kecerdasan normal atau
diatas rata-rata, (2) kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran, atau
biasanya beberapa mata pelajaran, (3) tidak memiliki problem atau gangguan
lain, seperti retardasi mental.
Meningkatkan kemampuan
anak yang mengalami masalah dalam belajar ini adalah tugas sulit dan umumnya
membutuhkan intervensi intensif agar mereka mampu memberika hasil yang baik.
Belum ada program yang terbukti efektif untuk semua anak yang memiliki masalah
ketidakmampuan belajar ini (Terman, dkk., 1995).
Anak-anak seperti ini
biasanya memiliki perilaku agresif dan di luar kontrol, mengalami depresi,
kecemasan, dan Ketakutan.
Anak-anak dengan gangguan indra, mengalami retardasi
mental dapat belajar di SLB dengan jenis-jenis sebagai berikut :
1.
SLB
A : Murid penyandang tuna netra
2.
SLB
B : Murid penyandang tuna rungu
3.
SLB
C : Murid penyandang tuna grahita dengan
IQ (50-75)
C1: Murid penyandang tuna grahita dengan IQ <20,
dengan kemampuan hanya
Untuk
bertahan hidup
4.
SLB
D : Murid dengan tuna daksa dan memiliki IQ normal
5.
SLB
E : Murid dengan tuna perilaku
6.
SLB
G : Murid dengan tuna ganda